Bulan April 2013 ini pemain sepak bola professional England Premier League(EPL) banyak mengalami cedera pada lutut sebesar 38%, 24% cedera area sendi panggul dan 17% cedera hamstring. Kejadian cedera tersebut tentu akan mempengaruhi dari prestasi tim sepak bola ataupun atlit itu sendiri.
Setiap aktivitas olahraga, baik olahraga sebagai rekreasi dan prestasi tentunya memiliki resiko cedera yang mungkin akan terjadi. Resiko tersebut tergantung dari tingkat kesulitan atau intensitas olahraga. Jika aktivitas olahraga itu ringan atau tidak dilakukan dengan ada kontak tubuh ataupun dengan kecepatan tinggi, terjadi cedera mungkin akan ringan, begitu pula sebaliknya.
Menurut Simunovic (2002), ada tiga tingkatan intensitas aktifitas fisik yang berhubungan dengan tingkat resiko cedera, sebagai berikut :
- Aktifitas fisik intensitas ringan/rendah (berjalan, latihan tanpa beban, & berenang)
- Aktifitas fisik intensitas sedang (permainan, latihan beban, & jogging)
- Aktifitas fisik intensitas berat/dilakukan secara terus-menerus (olahraga professional)
Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integument, otot dan rangka yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Ada beberapa faktor yang menyebabkan cedera, antara lain kesalahan metode latihan, kelainan struktural, kelemahan otot dan penopang sendi (Bahr et al. 2003). Resiko terjadinya cedera dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal keahlian atlit sendiri (intrinsik) dan faktor ektrinsik.
Faktor intrinsik terdiri dari komponen yang dimiliki oleh atlit (kekuatan, umur, riwayat cedera, dll). Dimana komponen tersebut mempengaruhi dari performa atlit ketika berlatih dan bertanding. Namun, faktor resiko ini dapat diminimalisir. Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari lingkungan luar tubuh atlit yang mempengaruhi terjadinya resiko cedera (Meeuwise et al. 2007). Kedua faktor resiko tersebut memiliki potensi yang mempengaruhi kejadian cedera, yaitu potensi yang tidak dapat dimodifikasi dan potensi yang dapat dimodifikasi (Habelt et al. 2011).
Faktor Ekstrinsik | Faktor Intrinsik | |
Potensi yang tidak dapat dimodifikasi | Tipe Olahraga | Umur |
Tingkat Olahraga (pro/amatir) | Cedera Sebelumnya | |
Posisi | Jenis Kelamin | |
Waktu Musim Pertandingan | ||
Cuaca | ||
Potensi yang dapat dimodifikasi | Peralatan | Koordinasi |
Permukaan Lapangan | Tingkat Kebugaran | |
Waktu Pertandingan | Kelenturan | |
Peraturan | Propiosepsi | |
Kekuatan | ||
Bentuk Pelatihan Fisik | ||
Faktor Psikologis |
Pada tabel di atas menjelaskan jika faktor intrinsik atlit berpotensi yang tidak dapat dimodifikasi, maka ketika melakukan aktivitas olahraga sebaiknya memperhatikan faktor eksternalnya. Sebagai contoh, seseorang yang berumur 50 tahun perlu memilih tipe olahraga yang ingin dilakukan sesuai dengan kemampuannya.
Berkaitan dengan cedera yang mungkin terjadi, perlu adanya program pencegahan yang dapat menurunkan resiko cedera. Program tersebut melihat potensi yang dapat dimodifikasi dalam faktor intrinsik dan eksternal. Dengan melakukan program latihan pencegahan yang tepat, tidak berlebihan (overtraining), dan melakukan istirahat (recovery) yang tepat. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa kelelahan menjadi salah satu penyebab cedera saat bertanding.
Pentingnya kita mengetahui dari kemampuan fungsional pada setiap individu pada atlit ataupun pemain adalah untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh fisioterapis, pelatih, dokter, fisiologi olahraga, dan ahli olahraga lainnya terkait dengan pencegahan cedera. Kemampuan fungsional merupakan kombinasi dari performa otot, daya tahan otot, fleksibilitas, koordinasi, stabilitas, dan keseimbangan (Kisner et al. 2007). Jika seluruh kemampuan tersebut sudah dimiliki dalam tubuh individu, maka kemampuan fungsional atlit sudah siap untuk melakukan gerakan-gerakan yang memerlukan tenaga, power, kecepatan, dan kelincahan pada permainan dalam cabang olahraga yang ditekuninya.
Pustaka:
Bahr, R. Holme, I. 2003. Risk factor for sport injuries-a methodological approach. Norwaygia. British Journal Sport Medicine 27:384-392. (di unduh 14 Febuari 2013). Available from: http://bjsm.bmj.com/content/37/5 /384. full.pdf+html.
Habelt, S. Hasler, C.C. Steinbruck, K. Majewski, M. 2011. Sport Injuries in Adolescents. Jerman. Orthopedic Reviews vol.3:e18.
Kisner, C. Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise, Foundation and Technique 5th edition. Amerika. F.A Davis Company. p.2.
Meeuwise, W.H. Tyreman, H. Hagel, B. Emery, C. 2007. A dynamic model of etiology in sport injury: the recursive nature of risk and causation. Kanada. Clinical Journal Sport Medicine 17:215-219. (di unduh 10 Januari 2013). Available from: http://goo.gl/2xFB1
Physioroom. 2013. EPL Injury Table. Physioroom.com. http://www.physioroom.com/news/english_premier_league/epl_injury_table.php
Simunovic, Z. 2002. Sport injuries can be successfully managed with low level laser therapy. Switzerland. (di unduh 13/2/2013). Available from:http://www.healinglightseminars.com/laser-research-library/sports-injuries/
Leave a Comment