Sebagian dari anak-anak Indonesia mulai usia 5-18 tahun ikut berpartisipasi dalam kegiatan olahraga baik rekreasi dan pertandingan. Sejak usia dini inilah para pencari bakat olahraga sudah melirik kemampuan mereka untuk terus dikembangkan untuk dapat berpatisipasi dalam tingkat senior hingga profesional.
Aktivitas olahraga memang sangat membantu pertumbuhan fisik, mental dan daya berpikir, namun jika kita tidak mengetahui kondisi fisik dasar akan mempengaruhi kondisi tubuh yang berdampak pada cedera. Kondisi fisik dasar yang dimaksud adalah panjang tulang, otot, Body Mass Index, dan gerak dasar tubuh. Jika mengalami cedera akan merubah kemampuan fisik saat berolahraga dan menurunkan nilai dalam bersosialisasi.
Hampir dari setiap kegiatan olahraga tidak lepas dari cedera yang mungkin akan terjadi. 10% Dari keseluruhan pemain dalam satu kegiatan olahraga mengalami cedera pergelangan kaki dan lutut. Mungkin masih bayak lagi diluar sana yang belum terdata dan tidak tertangani oleh tenaga medis. Untuk memulihkan cedera pada tahun 2014-2016, pemain harus mengeluarkan biaya estimasi sebesar Rp. 800.000 – Rp. 1.500.000 untuk cedera ringan dan Rp. 50.000.000- Rp. 120.000.000 untuk cedera berat yang membutuhkan operasi dan program fisioterapi selama 1-6 bulan.
Pencegahan cedera merupakan upaya terpenting dan menjadi solusi bagi pelaku olahraga khususnya atlit muda. Dikarenakan pada masa ini banyak perubahan struktur dan fungsi tubuh seperti fisiologi, pertumbuhan tulang, fleksibilitas dan kekuatan otot. untuk mencegah cedera kita harus menganut strategi 3E; (i) Education, (ii) Enviromental, (iii) Enforcement. Untuk mencegah cedera dapat melakukan 6 upaya; (i) pemeriksaan fisik para-musim/pertandingan, (ii) penyediaan tenaga medis olahraga, (iii) memberikan pelatihan yang baik dan aman, (iv) wasit yang tepat, (v) hidrasi tercukupi, (vi) peralatan olahraga yang sesuai dan kondisi lapangan yang baik. Oleh karena itu cedera dapat terjadi oleh dua faktor; internal yaitu kondisi fisik pemain dan eksternal kondisi permainan dan fasilitas.
Upaya pemeriksaan fisik pra-musim/pertandingan sangat baik untuk mengetahui kondisi internal pemain. Adapun pemeriksaan objektif yang harus dilakukan berupa (i) deteksi cedera dengan melihat struktur tubuh dan pola gerak, (ii) identifikasi masalah muskuloskeletal, (iii) deteksi kondisi tubuh berkaitan dengan tanda vital tubuh.
Cara untuk mendeteksi cedera, ARA Physiotherapy menggunakan pemeriksaan Functional Movement Screening (FMS) dan Orthopaedic Test yang ditujukan mengidentifikasi struktur tubuh dan masalah muskuloskeletal. Kami telah melakukan pemeriksaan pada beberapa kelompok atlet basket, sepak bola, badminton, dan renang. Lembaga yang pernah mengikuti program ini seperti UPH Sport Karawaci, POMNAS Basket Tangerang, dan Workout Embassy. Pemeriksaan ini dilakukan oleh fisioterapis olahraga dengan kompetensi menganalisa cedera, biomekanika tubuh dan pembuatan program pencegahan dengan tepat sesuai dengan kondisi klien.